Pendapat Gue Tentang Hidup Minimalis

Image Source : yogamatters.com
Hidup minimalis menjadi tren bagi orang-orang di Amerika dan Eropa sekitar 7-8 tahun lalu hingga saat ini. Bahkan kalau kita cari di Youtube, sudah banyak content creator yang secara spesifik membahas ini. Padahal kalo gue inget-inget, manusia yang paling hidup dalam 'kesederhaan' itu para biksu dan juga pengikut Mahatma Gandhi. Konsep yang gue tangkep tentang hidup minimalis adalah melepaskan diri dari jeratan nafsu dunia, salah satunya adalah serakah. Serakah untuk memiliki segala hal yang ada di dunia. Padahal apa yang dimiliki itu belum tentu penting. Kebanyakan orang berpikir "Ahh, yang penting gue punya."

Berawal dari tahun lalu gue nonton film dokumenter Netflix, Minimalism : A Documentary About The Important Things, gue semacam terhipnotis untuk mengetahui lebih lanjut tentang hidup minimalis ini dan sedikit demi sedikit gue menerapkan dalam hidup gue sehari-hari. Hal yang terlintas saat itu adalah gue merasa punya banyak barang yang ada di kamar tapi gak semuanya gue pakai setiap hari, bahkan tahunan tak terpakai. Jadi, kenapa gue simpan??

Menjelajahi Google tentang minimalis di Indonesia adalah langkah pertama yang gue lakukan. Sayangnya, hasilnya nihil. Ternyata gak banyak orang yang mengulas ini khususnya orang Indonesia. Kalaupun ada, hanya 1-2 post di blog atau instagram lalu gak berlanjut. Padahal gue punya beberapa teman yang gw tau melakukan ini. Tapi hanya karena dia bukan penulis atau content creator jadinya minim sumber info yang berasal dari orang Indonesia terkait hidup minimalis ini.

Minimalis bukan sekedar model rumah atau gadget aja, karena banyak rumah minimalis tapi didalamnya sesak penuh barang. Lalu dimana sisi minimalisnya? Gue coba untuk menjabarkan sebenernya gimana hidup minimalis itu, disini.

  • Gak Punya Barang, Tapi Memiliki Segalanya

Para minimalist meyakini bahwa investasi paling baik bukan pada benda, tapi pada sesuatu yang tidak bisa dinilai dengan uang yaitu: waktu, cinta dan hubungan. Bagi minimalist, ulang tahun bukan lagi sekedar kasih kado berupa barang yang mungkin orang lain butuhkan tapi lebih kepada mencurahkan waktu bagi orang tersebut. Begitu juga dengan Idul Fitri, Natal, Tahun Baru dan momen-momen lainnya yang biasanya menjadi waktu untuk memberikan kado.

Tapi terkait kado-kado ini ada cara lain yaitu membuat daftar permintaan/wishlist. Gue akan bahas di tulisan yang lain.

Selain itu, semakin punya banyak barang yang gak penting, sebenarnya kita sudah kehilangan waktu hanya untuk sekedar membersihkan atau merawat mereka. Kalau merawat adalah hobi lo, ya gapapa silahkan dilanjutkan. Tapi kalau lo bukan tipe orang yang suka merawat barang atau bebersih, semakin banyak barang yang lo punya pasti akan bikin hidup lo makin berantakan. Dengan punya lebih sedikit barang atau fokus memiliki barang-barang yang penting, kita jadi punya banyak waktu untuk melakukan hal lain yang berguna.

Contoh : Semakin lo punya banyak jenis/warna baju, semakin lama waktu yang lo butuhkan untuk menentukan baju/warna apa yang mau dipakai hari ini. Kemudian semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk mencuci dan setrika semua baju, kalaupun di laundry lo akan mengeluarkan uang yang lebih banyak. Padahal semua orang cuma punya waktu yang sama dalam 1 hari yaitu 24 jam.

  • Minimalis Bukan Berarti Pelit
Punya baju sedikit, sepatu cuma 2 pasang, gak pake make up, warna jilbab yang itu-itu terus dan masih banyak lagi bayangan-bayangan kalau bicara tentang minimalis. Padahal bukan itu sebenernya. Bisa jadi dia gak mengeluarkan uang banyak untuk beli baju, tapi punya berbagai jenis lensa kamera dan kameranya karena bagi dia gak penting warna baju, toh dia ada di belakang kamera.

Minimalisme adalah pola hidup untuk mementingkan yang lebih penting daripada yang kurang penting. Kalau menurut lo punya lipstik banyak itu bisa bikin lo lebih bahagia daripada apapun, ya lanjutkan beli lipstik. Kemudian cek lagi diantara semua barang yang lo punya ada gak yang ga lebih penting dari lipstik? Kalau ada, maka stop membeli lagi barang tersebut. 

Selain mementingkan yang lebih penting, juga memprioritaskan pada hal yang membuat bahagia. Jadi kata siapa hidup minimalis gak bisa jadi kolektor? 
  • Dimulai Dari Pakaian
Karena pakaian adalah hal yang paling mudah untuk di simplifikasi. Kalau lo yang mampir ke tulisan gue ini dan bertanya harus mulai dari mana, jawabannya adalah pakaian. Sebagai karyawan yang harus diselamatkan adalah BAJU KERJA! Percayalah, temen kantor lo sebenernya sekarang ini gak banyak yang peduli kok lo pake baju itu-itu terus atau selalu ganti. Paling nanti baru akan sadar kalau lagi liat-liat foto. 

Kalo cara yang gue lakukan terhdap pakaian, gue membatasi warna pilihan yang gue suka : Hitam, putih, abu-abu dan biru tua. Semakin sedikit varian warna yang gue punya, maka gue gak usah repot milih pasangan atasan dan bawahan. Begitu juga dengan sepatu dan kaos kaki.

Dalam hal ini yang menjadi masalah buat gue adalah harus gue pindahin kemana baju-baju yang kurang gue sukai? Terkadang bantuan bagi bencana alam membatasi sumbangan dalam bentuk barang bekas. Namun lagi-lagi gue juga terselamatkan oleh media online. Ternyata ada organisasi yang bersedia menampung, menyalurkan bahkan mereparasi barang-barang tak terpakai kita sehingga kembali memiliki nilai guna. Buat lo yang pengen tau, silahkan cek disini

Gue udah mulai, lo kapan?

-Jakarta, 14 Desember 2018

Comments