1.137 Kilometer lagi!

"No human is limited." - Eliud Kipchoge
Photo by Nicholas Hoizey on Unsplash

Punya target akhir tahun artinya punya tanggung jawab yang harus dipenuhi. Dari beberapa target yang gue bikin, salah satunya adalah berlari 1200 kilometer. Untuk bisa memenuhinya, gue melakukan beberapa perubahan dalam hidup. Karena kalo gak diubah jangankan 1200 km, 100 km pun mungkin gak tercapai.

Hal pertama yang gue ubah adalah membuat jadwal olahraga jadi pagi hari. Bagi sebagian temen mungkin tau kalau gue seringnya lari malem. Tapi karena beberapa hal gue memilih lari pagi. To be honest, gue lari pagi bukan karena katanya lari pagi lebih baik dari lari malem, melainkan jadwal hidup gue dalam 24 jam yang paling memungkinkan adalah olahraga pagi hari. Supaya gak terlalu siang sampai kantor gue membatasi waktu latihan maksimal jam 07.30 pagi. Jadi kalau gue mulai pemanasan jam 06.00 sebenernya gue udah punya waktu total 1,5 jam untuk kegiatan ini.

"Lo gak ngantuk di kantor kalo lari pagi gitu?", tanya seseorang.

Saat ini gue membatasi lari maksimal 40 menit, ditambah pemanasan 7 menit dan pendinginan 9 menit, total waktu yang gue pakai dipagi hari untuk olahraga hanya sekitar 1 jam. Dengan proporsi ini gue gak ngerasa kelelahan di kantor dan tetap bisa bekerja seperti biasa. Selain itu, jenis latihan yang gue lakukan adalah intensitas rendah atau kategori Easy Run.

Easy run didefinisikan dengan berlari pada usaha yang ringan. Nafas tidak terbata-bata, dapat menyelesaikan 1 kalimat penuh sambil berlari tanpa hambatan adalah salah satu indikatornya. Kalau udah punya sensor detak jantung, biasanya easy run ditunjukkan dengan denyut nadi tidak lebih dari 75% dari kemampuan maksimalnya. Lo bisa banyak baca soal easy run ini di berbagai website. Karena gue menggunakan sensor detak jantung, untuk menentukan zona latihan gue menghitung dengan kalkulator yang disediakan di sini.

Gue memanfaatkan akhir pekan untuk lari dengan durasi lebih panjang yaitu 60-90 menit. Lagi-lagi karena harus menyesuaikan kegiatan pasca menikah, lari akhir pekan mau-gak-mau cuma bisa gue lakukan di hari sabtu pagi. Untungnya Ferika sangat kooperatif dengan hobi gue ini. Gak jarang dia ikut nemenin gue lari pagi. Tentunya, dia cuma jalan kaki 1-2 km. hehe.

Berkat pola tersebut selama bulan Januari gue berhasil mengumpulkan 62,79 km. Bukan angka yang baik menuju 1200, karena kalau mau sesuai, semestinya gue lari setidaknya 100km per bulan. Satu hal yang gue percaya, ga ada langkah yang terbuang percuma. 62 kilometer dibulan ini untuk menguatkan gue di ratusan kilometer pada bulan selanjutnya.

Ternyata lari yang sedikit ini sudah cukup memperbaiki kapasitas penyerapan oksigen di badan gue. Hal ini sering disebut dengan VO2 Max. Gue masih bingung kalau harus menjelaskan VO2 Max secara mendetail, alangkah baiknya teman-teman bisa membaca penjelasannya di Runner's World pada link berikut. Akhir bulan Desember 2018, VO2 Max gue berada di angka 38, dan akhir bulan ini sudah lompat ke angka 43. Semakin tinggi angkanya, semakin baik performanya, begitu teorinya.

Salah satu hambatan di bulan ini adalah sakit akibat cuaca. Meskipun gue gak pernah lari hujan-hujanan, namun cuaca yang tidak menentu bikin gue tumbang akibat flu. Minggu ketiga di bulan Januari gue hampa tanpa 1 km pun gue kantongi. Gue gaktau ini akibat latihan berlebih atau memang karena musim pancaroba.

Januari menjadi bulan gue belajar sabar lagi. Berlari dengan pace yang lambat, cuaca yang tidak menentu dan juga sakit yang datang menyapa. Salah satu introspeksi gue adalah kemungkinan gue masih terlalu berat berlatih. Mungkin 40 menit/hari masih terlalu banyak buat gue. Karena gue gak mau salah lagi akhirnya gue mempersiapkan program latihan yang lebih terarah untuk 8 minggu kedepan.

Kali ini gue kembali ke basic dengan menggunakan aplikasi Nike+ Run Club (NRC). Menurut gue gak ada yang salah dengan fitur "Coach" dalam aplikasi tersebut. Selama gue udah tau hal-hal apa aja yang perlu diperhatikan dalam latihan, menjalani menu latihan di aplikasi tersebut tetap terasa menyenangkan dan (semoga) membuahkan hasil. Next time gue bahas apa aja yang perlu diperhatikan ketika latihan lari.

---
Nampaknya ini dulu cerita yang bisa gue bagikan tentang 'perlarian' di bulan Januari. Kalo lo pengen tau kenapa gue mau kejar lari 1200 kilometer, lo bisa baca di tulisan gue sebelumnya (link akan gue kasih di akhir post).

Semoga ini bisa menjadi bensin tambahan buat teman-teman yang juga gemar berlari dan merasa gak dapet apa-apa di bulan Januari. Kapan-kapan kita lari bareng yuk!!

Jakarta, 31 Januari 2019

@teguhmanto

Baca Blog Terkait :

Comments